Monday, January 30, 2006

Brain Freeze...!!!

Sudah beberapa hari belakangan kerjaan saya ngga beres-beres. Padahal tenggat waktu laporan akhir bulan ini. Begitu duduk di depan komputer, buka2 kerjaan, browsing bahan tulisan, mendadak saya mengantuk luar biasa. sofa panjang dibelakang saya pun siap menanggung beban badan saya (yang jelas ngga se-kurus sblm nikah).

Brain freeze; kebekuan otak. Yang saya tahu, sindrom semacam ini -katanya- biasa muncul pada orang-orang yang (sebenarnya) stress dengan perkerjaan yang dihadapinya. Apa saya stress? Iya, mungkin karena saya sendiri merasa ngga puas dengan hasil tulisan saya dan kerjaan yang ngga maju-maju (salah siapa coba?!)

Sebenarnya, saya berhasil memotivasi diri untuk mengerjakan si tulisan seharian, beberapa hari lalu. Benar-benar, seharian itu saya cuma berhenti buka2 buku untuk istirahat sambil ngopi dan shalat. Makan siang pun saya hanya pakai sup instan yang cukup diseduh dengan air panas dalam gelas.
Semangat rasanya, karena entah kenapa bahan-bahan yang ada kelihatan bisa dipergunakan semua.

Tapi hari ini, dan dua hari yang lalu...buka sedikit bahan, langsung ngantuk. Bahkan sekarang pun, saat saya dengan semangat menulis keluh kesah kemalasan saya (dengan alasan 'refreshing' setelah merasa mandheg alias ngga bisa mikir), mata rasanya 'sepat', perih dan mengantuk. Padahal ruangan ini nggak ber-AC. Cuma ada AG alias Angin Gelebug (=angin besar) dari 2 jendela yg terbuka. Udara memang cukup hangat disini, mungkin karena musim hujan hampir berakhir, dan biasanya udara begini memang bikin ngantuk (lagi-lagi saya cari kambing hitam).

Lebih baik saya stop keluh-kesah (dan upaya mengkambinghitamkan si cuaca) supaya saya ngga ada alasan lagi untuk menunda kerjaan. Kalau bisa dikirim hari ini lebih baik bukan? (walau nampak tidak mungkin...)

Saturday, January 28, 2006

Sabtu terakhir Januari 2006.
Ngga kerasa udah hampir lewat sebulan sejak tahun baru, dan masih juga ngga ada 'new year resolution' yang saya buat. Well, ada sih sebenernya... Punya anak dan kerjaan yang bisa bantu-bantu untuk saving kedepan, both for family and myself. Ngga muluk2, ngga berani macem2. Jangan sampai maruknya gw ketauan....hehehe

Omong-omong maruk, kelihatannya gw udah mulai rakus makan lagi. I jess cannot control myself sometimes. Blame it on the rain? Yeah, i can do that! Tapi tahun2 kmrn ujan segimanapun saya ngga jadi rakus. This is not good. Perut jadi buncit, mirip org hamil (padahal keliatannya belum tuh! Wallahu alam...) This should be my new year resolution juga bukan...? Workout and get myself back in shape (that goes to you both also, mrs belly and mrs butt!)... Udah dapet info soal yoga, masih aja males banget keluar dari rumah mungil yg nyaman & hangat. Such a couch potato i am now!!! Terlalu banyak terbuai dengan perasaan tenang dan nyaman deket2 my love of my life... ain't regretting it for a sec though!!! Hehehehehe

Mulai bulan depan ngga bisa lagi gw santei2 as i used to these past 4-5 months. Gw harus bisa mendongkrak kelopak mata yang bawaannya berat mulu begitu menghadapi layar komputer dan pekerjaan; harus siap-siap dgn materi BE untuk April ~ dan Maret, kalau si kelas EDSP ada peminat lagi. Gw juga harus bisa mendongkrak semangat temen2 Wangsanata; semoga tahun ini juga ada pintu yang terbuka buat kita ber-4 untuk memantapkan pijakan kaki. Menatap hari depan. Membangun kehidupan. (Apa sih?!?!?! Mirip iklan seminar pengembangan pribadi banget!!!)

Payah.... even when i'm writing bout this, si sel2 otak kelabu malah menggeliat malas; sibuk mencari selimut flanel yg hangat... Bahkan Poirot pun bakalan mendengus sinis ngebaca tulisan gw sekarang.







Monday, January 16, 2006

God's Hands

Tangan Tuhan memang bergerak tanpa kelihatan
mirip jagoan2 kung fu...jurus tangan 1000
plus tenaga dalem bisa menohok lawan

But unlike kungfu,
God's hand has an unpredictable way
of creating our faith.

We might not like the way it shaped our life
but that's something we all need to deal with
and fight for

because Allah would never make His creations
dealing with things one could never bear

In God's hands we trust...


Sunday, January 15, 2006

New Wedding Organizer Opened!!!

Kami membuka Wedding Organizer (alias WO) baru, Wedding Express Parahyangan, di Bandung. Menyediakan berbagai layanan seputar hari bahagia anda -pernikahan- dengan paket2 yang menarik. Harga bisa disesuaikan dengan budget dan keinginan anda.

Paket lengkap dengan penghulu, tempat pilihan, katering terpercaya, dan biaya terjangkau.

Paket layanan khusus yg kami berikan, a.l.:

* Paket Kawin Lari
Proses cepat, tidak melelahkan, lengkap dengan penghulu, kerahasiaan dan keamanan dari gangguan pihak2 yg tidak diinginkan dijamin.

* Paket Nikah Siri
Mari menuju ke-halal-an. Lengkap dengan penghulu. Hindari kasus seperti yg dialami artis2 sinetron kita!

* Paket Kawin Kontrak
Untuk keamanan finansial dan status.

* Paket Kawin Gantung
Hilangkan kekhawairan akan adanya pihak2 yg akan merebut idaman hati. Jaminan kepastian status anda masa depan.

Semua bentuk kontrak legal yang berhubungan akan ditangani lawyer2 muda berbakat. Bonus Honey Moon 3 hari 2 malam ke perbatasan Indonesia-Timor Leste.

Hubungi kami melalui blog ini, dan raih pernikahan idaman anda.

~Manajemen Wedding Express Parahyangan~

Sunday, January 08, 2006

Sisi Hitam Serambi Mekah:
cinta berbuah cambukan, pelacuran berbuah…?


Barusan saya lihat berita di TV, tentang maraknya (LAGI) pelacuran di tanah Aceh. Ironis, wilayah yang ketat penerapan Hukum Islamnya ini justru menyimpan sisi gelap (yang manusiawi?). Bahkan semenjak DI Aceh berganti nama jadi Nanggroe Aceh Darussalam, mulai dibentuk Polisi Syariah, yaitu alat daerah yang khusus menangani kasus2 yang berhubungan dengan penerapan Hukum Syariah (Islam).
Logikanya, jika suatu daerah menerapkan Syariah Islam dengan benar, maka tidak perlu ada Polisi Syariah, ‘kan? Tapi, seperti saya sebut tadi, sisi gelap (yang manusiawi?) tadi tetap ada.

Perjudian, pelacuran, dua hal yang diharamkan Islam berkembang pesat di Aceh. Sebenarnya, judi bisa lebih disebut suatu kultur masyarakat. Sementara pelacuran sebagai profesi tertua di dunia (pernah ada yg membuat opini seperti itu, tapi saya kira memang benar) juga marak. Dan keduanya bukan hal baru di Aceh. Salah seorang Bibi saya yang pernah bertugas di Aceh akhir tahun 70an bercerita, sebagai seorang dokter PTT ia seringkali kedatangan pasien, wanita, yang meminta agar Bibi saya mau menggugurkan kandungannya atau kandungan anak perempuannya. Ketika ditanya alasannya, ia mengatakan bahwa kehamilan itu tidak dikehendaki, akan membuat aib, karena ia (atau anaknya) hamil oleh… ayah kandung/paman/ kakak laki2-nya. Ya, mereka menjadi korban incest. Bibi saya menolak permintaan mereka karena tidak ada alasan medis yang membenarkan aborsi. Yang menyedihkan, jumlah pemohon aborsi dengan kasus serupa bisa mencapai 1-2 orang setiap bulannya. Itu yang berani minta tolong, bagaimana yang memilih diam dan menanggung aib serta kewajiban sebagai wamita: hamil dan melahirkan…?
Dan kasus-kasus semacam ini bisa dibilang tidak pernah muncul ke permukaan di tanah Aceh, karena wanita dituntut menutupi aib laki2 anggota keluarganya (dan menanggung sendiri akibatnya…)

Lalu dalam berita yang saya lihat tadi, sejumlah perempuan yang ternyata berprofesi sebagai PSK alias Pekerja Seks Komersial ditangkap di Lhokseumawe. Dan sekitar pertengahan 2005 ini pun sempat ada berita tentang tertangkapnya sejumlah perempuan yang melacur di ‘warung remang-remang’ sekitar Banda Aceh. Saya tidak terlalu ingat, tapi rasanya tidak ada kelanjutan ceritanya di TV. Sementara setahu saya, dengan berlakunya hokum Syariah Islam di wilayah NAD, seharusnya mereka mendapatkan hukuman sesuai Syariah Islam, misalnya dicambuk, karena perbuatan asusila yang mereka lakukan itu.

Berbicara mengenai hukuman tersebut, anda mungkin ingat kasus seorang perempuan Aceh yang berciuman dengan kekasihnya, seorang anggota TNI yang akan pulang ke Jawa bersama pasukannya setelah tugas mereka sehubungan dengan DOM Aceh –kasus GAM- telah selesai dengan ditandatanganinya kesepakatan damai antara Pemerintah RI dengan GAM.
Gambar mereka menjadi sasaran empuk wartawan karena si perempuan berlari mengejar si lelaki yang sedang berbaris dalam pasukannya, menuju kapal laut yg akan membawa mereka pulang ke Jawa, dan si lelaki yang melihatnya keluar dari barisan dan mereka berciuman. Disana, di depan kamera, dengan pemirsa yang tidak hanya masyarakat serta orang2 militer yang ada di sana, tapi juga jutaan jiwa penonton tv dan pembaca Koran yang melihat gambar mereka malamnya atau esok paginya.

Mirip foto yang saya lihat di Majalah Life, dimana seorang prajurit yang baru kembali ke Amerika setelah berperang (kalau tdk salah itu era PDII), mencium kekasihnya dan menjadi momen yang pas, mengingat sekian lama ia tidak bertemu kekasihnya itu.
Perempuan Aceh tsb saya kira terdorong untuk ‘mencurahkan perasaan’ mengingat entah kapan ia bisa bertemu lagi dengan prajurit idaman (deu)

Hasilnya?
Perempuan tsb terkena hukuman cambuk oleh Polisi Syariah, karena dianggap melanggar kesusilaan, berciuman dengan lelaki yang bukan muhrimnya, dan di tmpt umum pula. Sementara si prajurit entah dikenai hukuman apa, karena atasannya menyatakan bertanggung jawab atas tindakan ‘penuh cinta’ bawahannya tsb.
Seorang kolumnis di The Jakarta Post mempertanyakan, apakah tidak lebih baik dicarikan jalan keluar yang “less painful” seperti menikahkan keduanya segera? And I agree with that.

Kembali ke masalah pelacuran tadi, tidak adil jika kemudian Polisi Syariah tidak menghukum pelacur2 tadi dengan hukuman serupa –atau bahkan lebih berat- karena ‘bisnis’ mereka jelas lebih berat kadar pelanggarannya dibanding ciuman penuh cinta tadi. Ya, ciuman itu tidak pantas dilakukan dengan non-muhrim secara hukum Islam, dan tidak pantas juga dilakukan depan umum –secara etika social, tapi bukannya pelacuran lebih ngga bener lagi, baik secara syariah ataupun etika social+moral??
Ngga usah hipokrit deh!!! Pintar2 aja mengukur kadar pelanggarannya, toh kita bisa menilai mana yang lebih ‘berat’ –semoga polisi syariah juga bisa. Wisdom, my friend, is the key to justice.